31 August 2012

Pola Makan Pengaruhi DNA

STUDI genetik terbaru dari dua ilmuwan terpisah mengindikasikan, pola makan dan diet seorang manusia dewasa dapat memicu epigenetika, yakni perubahan lingkungan asam deoksiribonukleat (DNA). Studi mereka ini juga menjawab mengapa bisa terjadi risiko sejumlah penyakit keturunan seperti obesitas dan diabetes. Torsten Plösch dari University of Groningen, Belanda, salah satu dari ilmuwan yang mengerjakan studi mengatakan, pola makan menjadi faktor yang menyebabkan perubahan pada semua sel, termasuk sel sperma dan sel telur. "Sifatnya genetis, perubahan dapat diteruskan kepada keturunannya," lanjut Plösch. Dikutip dari Live Science, hal ini juga berangkat dari gagasan sederhana contohnya melihat kasus anak-anak yang lahir dalam masa akhir Perang Dunia II di saat Belanda tengah dilanda kelaparan. Umumnya kemudian dalam hidupnya memiliki tingkat kerentanan menderita berbagai penyakit seperti gangguan glukosa dan penyakit kardiovaskular. Sedangkan pada studi kedua, dipimpin oleh Ram B. Singh dari TsimTsoum Institute di Krakow, Polandia, dikaji mengenai zat-zat gizi yang mempengaruhi kromatin. Kromatin adalah benang-benang halus terdiri dari asam DNA, protein histon, dan protein non histon yang ditemukan pada inti sel, dan merupakan kompleks tempat DNA beroperasi. Singh meyakini hanya tinggal menunggu waktu hingga bukti-bukti baru menguatkan tentang kebiasaan makan memengaruhi generasi keturunan berikutnya. Studi tersebut diterbitkan dalam Canadian Journal of Physiology and Pharmocology edisi Juli 2012. Kedua tim ini mengatakan, perkembangan sel di fase awal cenderung bisa terjadi epigenetika, dan ini sangat dipengaruhi oleh pola makan. "Pola makan sehari-hari orang tua, kakek, dan kakek buyut berpengaruh terhadap genetika kita. Begitu pula pola makan kita akan mempengaruhi kondisi genetika dari anak-cucu kita nanti," tegas Plösch. Meski demikian, pertanyaan yang masih belum terpecahkan dari penelitian yaitu bagaimana informasi genetik tersebut dapat diingat. Ini sulit dipahami sebab berbeda dengan mutasi gen, input epigenetika pada lingkungan DNA seharusnya ikut terhapus ketika terbentuk embrio baru. (dedi)***

No comments: